Pemesanan Buku & Kaos

0852-2742-7995

Telp, SMS & WA

Info & Jadwal Training

0821-3699-7197

Telp, SMS & WA

 

SEMUA DICIPTAKAN BERPASANGAN : MAKNA DI BALIK DUALITAS – Bagian 2 (Tamat)

Mari kita perhatikan bohlam listrik. Mengapa ia bisa menyala? Karena ada dua arus yang berlawanan dan berpasangan yaitu arus listrik positif dan arus listrik negatif bertemu. Bila hanya ada arus yang positif saja atau hanya ada arus yang negatif saja tidak mungkin ia bisa menyala. Nah, sebagaimana bohlam listrik tadi, kehidupan ini bisa “menyala” karena pertemuan kedua hal yang saling berlawanan atau berpasangan. Bukankah kita bisa mengenal suka karena ada duka? Bukankah kita bisa merasakan nikmatnya sehat karena ada sakit? Bukankah kita bisa mengenal siang karena adanya malam? Semua dualitas yang ada membuat kehidupan menjadi “menyala”. Bikin hidup semakin hidup.

 .

Dualitas juga menciptakan neraca keseimbangan dalam kehidupan. Saya ambil contoh adanya dualitas hidup dan mati. Sekarang bayangkan saja jika dalam kehidupan ini hanya ada kehidupan dan tidak ada kematian. Apa yang akan terjadi? Dunia akan penuh sesak dengan makhluk hidup yang terus bertambah dan tidak penah mati. Sebaliknya, jika dalam kehidupan hanya ada kematian, maka habislah semua makhluk hidup yang ada alias tidak ada kehidupan. Adanya dualitas kehidupan dan kematian membuat komposisi jumlah penduduk dengan kapasitas bumi menjadi pas dan ideal alias SEIMBANG.

 .

ying_yang

.

Dualitas melahirkan kebebasan kita untuk memilih dan membuat keputusan. Kita bisa memilih menjadi orang baik atau menjadi orang jahat. Kita bisa memilih menjadi orang yang dermawan atau menjadi orang pelit. Bahkan kita bisa memilih untuk percaya kepada Tuhan ataupun tidak. Luar biasa bukan? Kebebasan kita untuk memilih dan membuat keputusan ini adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada kita. Namun kita harus hati-hati menggunakan anugerah terbesar itu. Karena ada yang saya sebut sebagai decision wisdom yang bunyinya “manusia bebas untuk memilih dan memutuskan, namun ia tidak bisa lepas dari KONSEKUENSI pilihan dan keputusannya”. Misalnya, anda bebas memilih MAKAN atau TIDAK MAKAN. Tapi tidak bisa memilih LAPAR atau KENYANG. Kalau anda memilih MAKAN ya konsekuensinya KENYANG. Kalau anda memilih TIDAK MAKAN ya konsekuensinya LAPAR. Ini berlaku untuk dualitas apapun. Termasuk anda mau memilih jadi orang jahat atau orang baik. Tapi bersiaplah menanggung segala konsekuensinya!

 .

So, saya ucapkan “selamat datang dalam kehidupan yang penuh dengan dualitas”. Menerima keberadaan dualitas berarti kita telah mampu menerima kehidupan ini SEUTUHNYA. Nah jika kita belum bisa menerima adanya dualitas itu maka sama saja kita tidak menerima kodrat kehidupan ini. Apa akibatnya? KITA PASTI AKAN MENDERITA DALAM HIDUP. Ya sekarang bayangkan saja kita hanya menerima SIANG dan TIDAK MAU adanya MALAM. Kita hanya mau MUDAH dan TIDAK MAU adanya KESULITAN. Bukankah sudah disampaikan dalam Al Qur’an bahwa “BERSAMA KESULITAN terdapat adanya KEMUDAHAN”? Ingat kata kuncinya adalah kata BERSAMA bukan SESUDAH. Artinya ketika kita mengalami KESULITAN dan MENERIMANYA maka kita akan menemukan KEMUDAHAN di situ. Tuhan itu selalu menyajikan BAKSO YANG ENAK SATU PAKET secara BERSAMAAN, cuman kitanya yang HANYA MELIHAT keberadaan “SAMBELNYA” saja dan mengeluh “lha wong lagi laper kok dikasih sambel!?”. SADARI bahwa BERSAMA “SAMBEL” ITU ADA “BAKSO DAN KUAHNYA” YANG NIKMUAAAAAAAT hue he he.

 .

Sebagai penutup note ini ijinkan saya mengutip bagian lyric lagu d’massiv, “syukuri apa yang adaaaaaaaa, hidup adalah anugeraaaaaah, tetap jalanii hidup iniiii, melakukan yang teeerbaiiiik”. Tamat.

.

.

Salam Yin Yang

ARIF RH — The Happiness Consultant

0 Shares

Leave a Reply

Butuh Bantuan? Chat WA Sekarang