Nah , kisah yang kedua ini saya peroleh dari seorang siswa di sebuah SMA Swasta. Ini ceritanya komplit, kisah buruk kembali buruk dan baik kembali baik. Setelah saya memberikan materi soal Karma-Sutra dan pelatihan usai dia mendekat ke saya. Dia bilang, “Pak, bisa minta waktu sebentar. Saya mau cerita ini”. “O ya ya, silahkan. Gimana mas?”, tanya saya. “Begini pak, saya mau cerita pengalaman saya. Kisah nyata dan yang barusan bapak sampaikan itu bener semua dan saya mengalaminya sendiri. Dulu saya ini SMP nya di Batam. Lah, bapak tau sendiri maksiat di Batam kayak apa. Saya ini mafia lah pak pokoknya, malu saya ceritanya. Nah, secara akademis saya ini pintar. Dan waktu itu saya bercita-cita sekolah di SMA negeri di Purwokerto. Di situlah pak apesnya numpuk. Saya gak diterima di SMA negeri di Purwokerto ini bukan saya gak mampu. Ada saja apesnya itu. Yang berkasnya ilang lah, waktu daftar telat lah, macem-macem yang menurut saya sepele. Yah akhirnya saya sekolah di SMA ini pak.
.
“Di sekolah ini saya mencoba untuk berubah. Karena jauh dari teman-teman lama saya di Batam lebih mudah bagi saya untuk berubah menjauhi maksiat. Di sini saya cukup berprestasi. Saya kepingin sekali bisa ke luar negeri. Cuman ya itu tadi, setiap ada kesempatan gak kena-kena gak dapet-dapet. Ah, apes lah pokoknya. Mungkin ini pencairan karma itu. Lalu saya berupaya memperbanyak berbuat kebaikan untuk menebus kemaksiatan-kemaksiatan saya dulu. Di sini saya dapat beasiswa pak dari yayasan karena prestasi akademik saya. Diem-diem aku kasihin ke teman setiap bulan karena dia lebih butuh.Saya ikhlas ngasihnya. Waaah bener pak gak di sangka-sangka saya nembus terpilih event studi banding ke Australia minggu depan. Dan semua penjelasan mengapa itu bisa terjadi ya sebagaimana bapak sampaikan tadi itu. Makasih ya pak”
.
.
Mendengar cerita siswa itu saya melongo. Busset, ini untuk kesekian kalinya saya mendengar cerita-cerita macam begini. Ini berarti memang demikian polanya. Apalagi kalo dikaitkan dengan konsep entanglement dan holographic system jelas sangat berkaitan. Kehidupan yang kita jalani ini hanya cermin dari apa yang ada di dalam diri kita dan apa yang ada di masa lalu kita. Memang biasanya ada jeda waktu. Karena apa yang kita lihat di tataran makro kosmos biasanya begitu, ada jeda. Saya contohkan begini, kita melihat bintang di malam hari kan? Kita menganggap bintang-bintang itu masih ada. Padahal realitasnya kita sedang melihat masa lalu. Kok bisa?
.
Ya begini, cahaya kan butuh waktu untuk sampai ke mata kita. Bahkan bilangannya bisa tahun cahaya. Jadi saat kita melihat bintang tersebut bisa jadi sebenarnya bintang itu sudah musnah. Kita masih melihatnya karena “lambatnya” cahaya itu sampai ke mata kita. So, secara fisika apapun yang kita lihat dalam keseharian ini sebenarnya adalah masa lalu. Nah, dalam konteks yang lebih spiritual, kehidupan yang kita jalani ini juga diwarnai oleh masa lalu kita. Apa yang saya maksud masa lalu? Ya perbuatan kita di masa lalu. Mari kita tingkatkan kecermatan kita dalam melihat kehidupan kita sendiri dan kita akan menemukan apa yang barusan saya uraikan.
.
Mungkin ada di antara anda yang masih belum percaya dengan apa yang saya ceritakan. Anda merasa kok saya nyatanya berbuat maksiat baek-baek aja. Rejeki saya lancar. Saya sehat. Weiiits tunggu dulu bung. Kita belum bisa menyimpulkan. Mari kita lihat sisa waktu hidup ke depan. Karena sekali lagi semuanya pasti akan kembali kepada kita, hanya soal waktu saja. Nanti ketika sudah mulai bau tanah. Rambut mulai memutih. Jalan mulai terseok-seok. Berbicara mulai diselingi batuk. Pandangan mulai kabur. Mulai sering mengeluh sakit karena onderdil tubuh sudah aus. Biasanya di situlah kita sadar. Dan mulai menyadari konsep yang kita bahas ini. Tapi khan gak harus nunggu tua kita sadar. Yuk, kita sadar sekarang saja. Kita saling mengingatkan. Ini sangat penting karena yang namanya kematian itu kayak buah kelapa. Yang udah tua bisa jatuh ke tanah dan yang muda pun juga bisa demikian. Mungkin kita tidak bisa bersih sama sekali dari perbuatan tidak baik. Namanya manusia ya pasti ada khilafnya. Oleh karenanya mari kita sama-sama perbanyak berbuat baik. Sehingga apabila dilakukan perhitungan kita masih mendapatkan selisih saldo lebih banyak perbuatan baik daripada perbuatan buruknya. Amiiin. Sampai jumpa dalam note selanjutnya.
.
Tamat.
.
.
Salam Karma Sutra
ARIF RH — Anti Debat, Penggila Diskusi
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.