Setiap perbuatan kita dalam kehidupan ini pada dasarnya ya menyalurkan energi. Nah karena sifatnya kekal maka aliran energi itu sebenarnya tidak akan hilang, ia hanya berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Alam semesta adalah sebuah sistem tertutup dengan jumlah energi yang tetap. Sehingga secara otomatis apapun yang kita lakukan suatu saat pasti akan kembali ke diri kita sendiri. Sebagai ilustrasi begini. Kalo kita hantamkan tangan ke tengah-tengah air pada sebuah bak mandi pasti akan menimbulkan riak-riak air menuju ke tepi bak. Setelah riak-riak air itu sampai ke tepi bak maka riak-riak itu akan memantul kembali menuju kita tangan kita.
.
Kecepatan kembalinya riak-riak air itu tergantung kekuatan hantaman tangan kita ke dalam air. Aplikasinya dalam kehidupan ya berarti jika yang kita lakukan baik maka kebaikan itu suatu saat akan kembali kepada kita cepat atau lambat. Sebaliknya, bila kita berbuat tidak baik maka ia akan selalu kembali kepada kita. Namun fenomena dalam kehidupan tidak sesederhana ilustrasi bak mandi itu. Soalnya kembalinya energi itu bisa berwujud macam-macam. Begini maksudnya. Misal saya dulu suka mendebat orang, bisa jadi kembalinya berwujud suatu saat saya didebat orang juga atau bisa jadi saya kena penyakit batuk lama gak sembuh-sembuh. Nah dalam hal ini kita yang harus peka, sebenarnya ketidakseimbangan dan ketidaknyamanan baik secara fisik dan non fisik yang kita alami ini sebabnya apa?
.
.
Untuk itulah yang namanya evaluasi ke dalam diri sangat diperlukan. Namun biasanya kita lebih peka dan lebih sadar jika wujud kembalinya itu sama formatnya dengan yang pernah kita lakukan. Nggampar orang lalu digampar orang juga. Menggunjingkan orang lalu kita digunjingkan juga. Dan saya banyak sekali mendapatkan kisah nyata orang lain tentang tragedi dalam hidup yang dialami sama persis dengan perbuatan masa lalu. Ada kisah yang perbuatan baik kembali baik dan kisah perbuatan buruk kembali buruk. Saya akan uraikan kisah nyata yang perbuatan buruk kembali buruk dulu. Baru kemudian saya akan cerita kisah nyata perbuatan baik kembali baik.
.
Kisah pertama ini saya peroleh ketika saya diundang oleh PT. Telkomsel Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah untuk memberikan pelatihan. Sepulang pelatihan saya ngobrol dengan driver armada kantor Telkomsel yang mengantar saya ke hotel. Dia bilang, “Bener banget mas yang anda sampaikan itu. Lha contohnya saya ini. Saya dulu pernah meludahi mobil karena waktu itu mobil di depan saya jalan pelan banget. Padahal ya mobilnya gak salah karena lagi macet. E alaaaa sekarang kan kerjaan saya sopir. Beberapa kali diludahi mas kaca depan mobil ini sama pengendara motor. Saya baru nyadar tadi pas mas Arif menyampaikan materi”. Nah lo, merinding khaaaan?
.
Kekisruhan dua hari kemarin di wall facebook saya ketika disadari saya simpulkan merupakan bentuk pencairan karma saya terdahulu. Saya dulu suka usil, menjatuhkan dan mendebat orang ya bakalan di debat dan dijatuhkan orang. Dan biasanya kita sulit untuk menghindar, meskipun berusaha menghindar. Karma harus dialami sampai kita belajar sesuatu dari proses itu. Peningkatan kesadaran tersebut lah yang dalam pencermatan saya selama ini akan memutuskan rantai karma. Saya ingatkan lagi bahwa kembalinya wujud energi perbuatan di masa lalu ini tidak selalu berwujud sama dengan perbuatan di masa lalu. Wujudnya bisa berbeda. Jadi kalo kita mengalami penyakit secara fisik segera evaluasi diri. Jangan-jangan itu pencairan karma. Biasanya penyakit baru pergi jika kita menerima kehadirannya dan mengerti pesan apa yang ia bawa dalam kehadirannya. Dalam melakukan terapi kadang saya membawa klien masuk dalam sesi evaluasi ini. Karena jika itu sebuah karma saya mau pake teknik apapun gak bakalan sembuh. Penyakit itu adalah utusan peningkatan kesadaran jiwa dan perbaikan diri.
.
Bersambung ke bagian 4 …
.
.
Salam Karma Sutra
ARIF RH — Anti Debat, Penggila Diskusi
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.