Berdasarkan kenekatan Sri hendak membuka baju itu saya jadi benar-benar yakin bahwa Sri benar-benar kesurupan dan tidak berpura-pura. Nah, masalahnya ini adalah pertama kalinya saya menghadapi kasus kesurupan. Saat itu saya berada di barisan paling depan dan menjadi harapan teman-teman saya untuk menolong Sri. Sambil duduk bersila menghadap Sri dengan jarak 2,5 meter saya coba baca beberapa surat-surat Al Qur’an. Lagi asik-asiknya baca ayat-ayat Qur’an dengan khusyu tiba-tiba blugggg !!!! ada sesuatu mengenai muka saya. Ternyata saya dilempar bantal oleh Sri, dan dengan mata melotot dia berkata, “Kamu jangan ikut campur!!”. Wah wah … untung yang dilempar ke muka saya bukan benda keras atau benda tajam. Slameeet slameeet … fyuuuh.
.
Saya bingung, ini dibacain ayat-ayat Qur’an enggak mempan. Padahal di film-film manjur kan? Ternyata tidak segampang itu loh. Akhirnya saya bilang begini, “Kalau kamu tidak mau pergi kamu akan saya usir!! Kalo perlu dengan kekerasan!!! Sri dengan muka sangar berkata, “Ooo kamu nantang ya? Baik saya layani!! Wah, saya waktu itu belum siap, “Saya siap bertarung dengan kamu tapi dengan segenap ilmu jangan setengah-setengah!!” Saya mengatakan ini hanya untuk strategi saya sebenarnya. Dan Sri menjawab, “Oke oke … Saya pergi dulu kalo begitu!! Dan setelah itu tiba-tiba Sri terkulai lemas. Teman-teman langsung menghampiri dan ternyata Sri mulai sadar. “Lho ada apa ini kok pada ngumpul semua?”, tanya Sri dengan ekspresi kebingungan. Kami pun menceritakan kejadian tadi kepada Sri. Sri kemudian cerita bahwa kejadian seperti ini udah berlangsung sekitar 2 tahunan. Orang tuanya bahkan udah mengobatkan Sri kemana-mana, ke banyak “orang pintar” tapi gak sembuh-sembuh. Di waktu-waktu tertentu pasti kumat kayak yang tadi itu. Saya mikir, waduuuh kalo kumat lagi apa yang saya lakukan yaa?
.
.
Waktu udah masuk isya, saya, Atid Heri Wibadi dan Heriyanto pun turun ke lantai bawah dan sholat di kamar berjamaah. Selepas sholat kami masih membincangkan kejadian habis magrib tadi di kamar Sri. Ehhh lagi asyik-asyiknya ngobrol terdengar suara keras lagi dari lantai atas gedubrakkkk !!! Kami bertiga langsung keluar kamar dan benar saja sesuai dugaan. Sri kumat lagi kayak tadi. Atid Heri Wibadi dan Heriyanto langsung lari menuju lantai atas ke kamar Sri. Saya sengaja menuju kamar mandi untuk berwudlu. Jujur saya grogi sekali waktu itu. Setelah berwudlu saya berlari menuju lantai atas menuju kamar Sri. Sesampainya di depan kamar Sri, pintu kamar sudah terbuka. Sebagaimana kejadian sebelumnya teman-teman wanita dibantu dua teman sekamar saya memegangi tangan dan kaki Sri yang meronta kesana kemari. Ketika Sri melihat saya tiba-tiba dia tertawa, “Hua ha ha ha kamu sudah datang rupanya. Ayo kita bertarung!!!”
.
Saya memberi isyarat kepada teman-teman untuk melepaskan pegangan mereka dan Sri pun duduk bersila. Teman-teman berkumpul dan memposisikan duduk di belakang saya yang sedang duduk bersila sebagaimana kejadian sebelumnya. Saya duduk berhadapan dengan Sri. Sama-sama bersila dengan jarak sekitar 2,5 meter. Kamar Sri cukup luas sebagaimana kamar kami di lantai bawah. Saya memulai percakapan kepada Sri, “Tadi kamu pergi kemana?”. Sri menjawab, “Hua ha ha ha ha, saya pulang dulu untuk mengambil senjata melawan kamu. Saya tidak akan setengah-setengah”. Tiba-tiba Sri memejamkan mata. Mulutnya komat-kamit, saya tidak tahu menahu apa yang dia lakukan. Tiba-tiba saya merasakan kepala saya sakit sekali seperti ditekan dari segala arah ….
.
Bersambung ke bagian 4
.
.
Salam Terpana dan Terpesona
ARIF RH | The Happiness Consultant
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.