Waktu terus berlalu. Ternyata kondisi kehidupan saya semakin memburuk, terutama dari aspek finansial. Akhirnya saya banting stir dan tidak meneruskan bisnis yang saya jalani itu. Saya sekitar 2 bulan bekerja di sebuah lembaga pendidikan karakter. Tapi karena tidak dibayar, semua karyawan keluar, termasuk saya. Singkat cerita saya bekerja di sebuah lembaga pendidikan dan sambil nyambi membuka jasa analisis data statistik. Dari situ saya berfokus untuk menutup hutang-hutang saya sedikit demi sedikit. Saya terbantu dengan keahlian saya dalam hal statistik, dan duitnya lebih gede dari pekerjaan reguler saya waktu itu. Dan ngomong-ngomong, saya mulai melupakan buku impian saya. Ah bullshit !!!! Saya gak pake gitu-gituan lagi ah. Saya kemudian selama beberapa bulan menjalani kehidupan “apa adanya”, tanpa buku impian dan target. “Sesuk ya dipikir sesuk. Utang rampung dhisik.
.
Ternyata tanpa target kehidupan saya terasa ada yang kurang. Sudah biasa bermimpi tinggi lalu “hidup dengan tidak punya impian”. Serasa,”hampa”. Suatu hari saya buka-buka lagi buku impian saya itu. Namun beda halnya dengan dahulu, setelah beberapa bulan tidak membaca buku impian saya itu saat membaca lagi hampir bisa dikatakan biasa saja rasanya. Bahkan dalam hati mengatakan, ah ini masa lalu. Dan nyatanya semua yang aku tulis di sini gak ada yang jadi kenyataan. Padahal dulu kalo buka buku impian semangat saya langsung bangkit. Tahun 2006-2007 itu saya mengalami kegalauan soal hidup. Penghasilan yang standar, kerja kadang pulang larut malam dan tidak punya tabungan. Ini sudah mending siy udah gak pusing mikir utang. Namun saya ingin hidup saya lebih baik. Terutama punya tabungan cukup banyak untuk menikah dan sebagainya.
.
Sambil menjalani pekerjaan saya di lembaga pendidikan itu ternyata ada sebuah ide. Ya, saya dengan sahabat saya yang saat itu satu kantor punya ide untuk membuat sebuah lembaga pelatihan. Modalnya? Ya pengetahuan selama 3 tahun di bisnis yang pernah kami jalani bersama waktu dulu itu. Wah ide bagus juga. Oke mari kita garap. Dan setiap jeda istirahat kerja selama 30 menit kami mulai menawarkan ke sekolah-sekolah baik SMP dan SMA. Apa yang terjadi? Kami banyak sekali di tolak. Ya, program kami dinilai tidak lazim. Waktu itu program kami adalah untuk pelajar yaitu bagaimana strategi untuk meningkatkan prestasi di sekolah terutama sukses menghadapi ujian nasional. Alasan kami waktu itu adalah kami sendiri udah terbukti cukup bagus dalam prestasi studi. Bahkan ada beberapa sekolah kami tawari training gratis juga gak mau. Ha ha ha ha … kasihan sekali kita. Waktu melakukan penawaran ini saya juga gak pake target atau buku impian. Yah jalani saja yang ada.
.
.
Nah, pada suatu titik karena kita terus menerus menawarkan akhirnya ada satu sekolah yang goal. Jujur bayarannya sangat sedikit sekali waktu itu. Training 4 jam cuman 500 ribu kalo gak salah. Buat kas 200 ribu, 300 ribu dibagi dua antara saya dengan rekan saya. Jadi masing-masing dapet 150 ribu. Bayarannya kecil kan? Namun anehnya saya semangat sekali. Saya merasa tidak dibayar kecil. Saya sangat menikmati proses dimana saya memotivasi banyak orang. Saya enjoy berbicara di depan ratusan orang. Di bisnis yang dulu pernah saya jalani ya kerjaan saya mirip-mirip begini yaitu berbicara di depan ratusan bahkan ribuan orang.
.
Nah “gara-gara” satu sekolah itu ternyata “gethok-tular”. Karena si ibu kepala sekolah tersebut merasa apa yang kami berikan sangat memuaskan beliau “rasan-rasan” alias cerita cerita kepada sekolah lainnya. Dan mulai tuh kami menerima panggilan sebagai motivator untuk adik-adik pelajar. Tarif untuk jasa pelatihan kami mulai naik. Kami berterima kasih kepada si ibu kepala sekolah yang tidak cerita-cerita soal harga yang 500 ribu itu sehingga kami bisa menaikkan harga. Cuman naik 100-200 ribu siy. Tapi yang benar-benar sekarang menjadi perhatian saya adalah kenapa saya semakin mencintai dunia pelatihan ini? Bahkan saya TIDAK PERDULI MAU DIBAYAR ATAU TIDAK. MAU KECIL BAYARANNYA GAK MASALAH ! Ini aneh. Padahal saya tidak menggunakan buku impian atau buku target. Darimana energi saya ini? Padahal waktu itu kami masih nyambi kerja di lembaga pendidikan dan saya masih nyambi buka analisis data statistik yang bayarannya gede. Tapi mengapa dunia training ini bikin saya bergairah ya? Saya akhirnya harus jujur kepada diri sendiri, I LOVE “DUNIA TRAINING”!!
.
Bersambung ke bagian 3 …
.
.
Salam Hakikat …
ARIF RH
(The Happiness Consultant)
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.