Sejenak kita beralih dari perbincangan tentang syurga dan neraka. Waktu saya kecil, jangankan urusan sholat. Mandi aja harus dipaksa. Makan harus dipaksa. Belajar harus dipaksa. Aaaah ngapain sih orang tua saya ini maksa-maksa saya? Pake menghukum segala lagi? Saya merasa kok hidup banyak aturan banget, gak asik ah! Saya ingin bebas! Badan, badan saya sendiri kok, perut-perut saya sendiri kok pake dipaksa makan dan mandi. Enak aja, jerit saya dalam hati. Tapi ya memang pernah suatu waktu saya gak makan siang, akhirnya waktu itu saya sakit. Saya gak mandi, malam harinya badan gatal-gatal. Waaaah!
.
Beranjak dewasa, saya makan sendiri. Mandi, ya mandi sendiri. Gak perlu disuruh-suruh. Why? Saya udah paham kalau mandi dan makan itu KEBUTUHAN saya sendiri. Lha kalo udah butuh ngapain harus dipaksa-paksa? Belajar pun sama. Sepulang sekolah saya mengerjakan Pe-Er saya dan membaca ulang pelajaran. Semuanya tanpa harus pake ancama atau iming, iming and I enjoy it.
.
.
So apa kesimpulannya? Anak kecil itu belum paham dan belum merasa bahwa sesuatu itu adalah KEBUTUHAN. Dia masih memandang bahwa semuanya masih sebatas KEWAJIBAN. Seiring peningkatan KESADARAN maka terjadilah pergeseran, dari cara pandang KEWAJIBAN menjadi cara pandang KEBUTUHAN. Nah sekarang ijinkan saya bertanya kepada diri saya sendiri dan kepada anda. Apakah sampai saat ini untuk makan, mandi, belajar kita masih harus disuruh-suruh orang tua atau orang lain? Apakah masih harus pake diancam, dihukum dan dikasih hadiah agar kita melakukan sesuatu? Apapun jawabannya gak masalah. Yang penting kita bisa memahami dimana posisi kita sekarang. Apakah kesadaran kita masih seperti anak kecil, ataukah sudah dewasa?
.
Nah lalu apa kaitannya dengan neraka, syurga dan beragama? Jika ternyata kita masih merasa seperti anak kecil ya terapkan konsep syurga dan neraka sebagai motivasi utama dalam beragama. Karena cara konsep yang dipakai adalah KEWAJIBAN. Namun jika kita sudah dewasa, maka segera cari motivasi selain syurga dan neraka. Karena konsep yang dipakai bukan lagi soal kewajiban, melainkan KEBUTUHAN. Tidak ada yang benar atau salah. Gunakan saja keduanya sesuai dengan situasi, kondisi dan tingkat kesadaran kita.
.
Lalu bagaimana saya pribadi? Karena saya bukan lagi anak kecil ya saya berusaha menjadi karyawan yang bekerja sebaik-baiknya saja dalam bekerja. Karena saya yakin bos saya sudah memikirkan sebaiknya saya naik gaji dan naik pangkat atau tidak. Saya baru merasa cemas jika bos saya ini tidak teliti dalam memperhitungkan prestasi. Nah, Tuhan itu Maha Teliti dalam menghitung dan membalas apapun yang kita lakukan. Lalu ngapain syurga dan neraka dipikirin? Cemas gak dapet syurga? Ah, itu mah sama saja gak percaya sama Tuhan donk?
.
So di akhir note ini ijinkan saya kembali bertanya, apakah untuk makan dan mandi kita masih harus diancam dan dikasih iming-iming sebagaimana saat anak-anak? Apakah motivasi utama kita ketika berbuat baik? Syurga? Neraka? Atau KESADARAN?
.
.
Salam Kesadaran
ARIF RH – Orang yang juga sangat ingin masuk syurga
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.